Waspada, Djengkolism Dapat Berakibat Fatal

Ilustrasi jengkol
Ilustrasi jengkol

Jengkol (Archidendron jiringa) adalah tamanan yang berasal dari keluarga Fabaceae atau yang dikenal dengan nama lain, kacang polong. Jengkol adalah tanaman yang asli berasal di asia tenggara seperti Indonesia, Thailand selatan, Malaysia, dan Myanmar1. Tanaman Ini sering dikonsumsi sebagai makanan sehari-hari di Indonesia dan bagi sebagian orang, memakan jengkol sudah merupakan kebutuhan sehari-hari. Mengkonsumsi jengkol secara berlebihan dapat menyebabkan keracunan, atau dikenal dengan istilah Djengkolism. Tiap orang memiliki sensitivitas yang berbeda-beda dalam manifestasi djengkolism, ada yang sakit hanya dengan makan setengah biji jengkol, namun ada mengalami gejala keracunan setelah memakan 10 biji jengkol. Gejala keracunan jengkol meliputi: nyeri spasm suprapubik dan pinggul, serta nyeri berkemih. Pada kondisi akut berat, djengkolism juga dapat menyebabkan gagal ginjal akut1. Penelitian mengenai djenkolism pertama kali dilakukan oleh Van Veen and Hyman dengan cara mengisolasi kristal asam jengkol pada urin pria jawa yang mengalami gejala keracunan makanan setelah mengkonsumsi jengkol secara berlebihan. Keracunan jengkol dipercaya terjadi akibat dari asam amino yang mengandung sulfur pada jengkol2.

Presentasi klinis pada djengkolismSindrom klinis dari djenkolism lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan dengan perbandingan 7:1 dan meningkat terutama di musim hujan ketika tanaman ini sedang mekar. Gejala djenkolism terjadi dalam 2-12 jam setelah mengkonsumsi biji jengkol3. Gejala yang terjadi seperti dysuria, spasme kandung kemih dan pinggang, nyeri kolik, flatulens, mual, muntah, dan diare berdarah. Pertama-tama, penderita akan memiliki urin berwarna susu yang akan berubah menjadi hematuria. Pada urinalisis, akan ditemukan albumin, eritrosit, sel epithelial, casts, dan terkadang kristal jarum. Pembentukan Kristal tergantung dari PH, dan solubilitas asam djengkol meningkat secara drastis pada kondisi alkali4. Hipersaturasi Kristal asam jengkol pada sistem berkemih, akan mengakibatkan nefropati obstruktif dengan batu, endapan, dan spasme5. Kristal dengan komposisi yang sama ditemukan pada biji jengkol dengan menghidrolisis biji jengkol dengan Ba(OH)z selama 30 menit. Experimen ini pertama kali dilakukan oleh Van Veen dan Hyman1,2.

PayTren – Teman Setia Bayar Bayar !

Djenkolism memiliki dua macam presentasi klinis: 1) presentasi ringan dengan nyeri dan hematuria yang diakibatkan oleh obstruksi ureteral karena adanya kristal asam jengkol. 2) Presentasi klinis berat yang ditandai dengan hipertensi, oliguria, dan azotemia. Anuria yang berakibat pada kematian dapat terjadi pada kondisi ini, namun kasus yang ditemukan sangat jarang. Anuria dapat dijadikan salah satu tanda dari gagal ginjal akut6. Patogenesis terjadinya gagal ginjal akut pada djengkolism belum diketahui dengan jelas sampai saat ini. Dipercaya bahwa hal ini terjadi akibat dari kombinasi beberapa faktor termasuk faktor biologi individu dan jenis djenkol yang dikonsumsi7. Obstruksi tubulus ginjal oleh kristal asam jengkol diperkirakan menjadi mekanisme terjadinya ATN. Walaupun demikian, validasi teori ini terbatas untuk dilakukan akibat keterbatasan analisa histologi : 1) Kristal asam jengkol seringkali tidak terlihat pada analisa preklinis menggunakan tikus akibat hancurnya kristal saat penyiapan specimen 2) biopsi ginjal jarang dilakukan pada pasien dengan djenkolism akut. Hanya ada satu laporan kasus yang mendemonstrasikan temuan nekrosis tubular akut dengan menggunakan biopsi5

Bagaimana cara menangani djengkolism?

Kebanyakan kasus djenkolism membaik dalam 3 hari dengan tatalaksana suportif. Djenkolism ringan tidak membutuhkan tatalaksana spesifik selain kontrol nyeri dan hidrasi. Pada pasien dengan djenkolism berat yang diikuti dengan manifestasi anuria dan resiko gagal ginjal akut biasanya ditangani dengan menggunakan analgesik, hidrasi cepat, dan alkalinisasi urin dengan menggunakan natrium bikarbonat untuk meningkatkan solubilitasi asam jengkol6. Pada praktek klinisnya, sulit untuk menemukan natrium bikarbonat, sehingga penanganan pasien dengan djenkolism dilakukan biasanya menggunakan minuman berkarbonat. Terkadang dibutuhkan intervensi pembedahan pada kasus pasien dengan djenkolism berat yang tidak memberi respon dengan tatalaksana konservatif. Irigasi uretra, pemasangan kateter urin dan stent juga dapat dilakukan untuk menangani obstruksi saluran kemih5.

PayTren – Teman Setia Bayar Bayar !

Pencegahan Djenkolism

Mencegah terjadinya keracunan jengkol merupakan tantangan tersendiri di dunia kesehatan. Jumlah kasus yang jarang dan presentasi klinis yang tidak dipengaruhi oleh kuantitas dan cara penyiapan biji jengkol menjadikannya kejadian ini sulit untuk diperkirakan. Satu kelompok yang makan jengkol dengan jumlah yang sama tidak semuanya mendapatkan efek yang sama. Ditambah lagi sensitivitas tiap orang yang berbeda-beda terkait manifestasi djenkolism dan gagal ginjal akut yang berbeda pada tiap kejadian pada individu yang sama. Penelitian yang dilakukan mengajukan bahwa merebus biji djenkol pada cairan alkali dapat menghilangkan sifat asam yang berbahaya pada jengkol8. Namun, belum ada bukti yang pasti jika praktek ini dapat diterima di masyarakat.

Daftar pustaka

  1. Bunawan NC, Rastegar A, White KP, Wang NE. Djenkolism: case report and literature review. Int Med Case Rep J. 2014; 7: 79–84.
  2. Vigneaud VD, Patterson WI. The Synthesis of Djenkolic Acid. Department of Biochemistry, School of medicine, George Washington University.1936
  3. ’ng PK, Nayar SK, Lau WM, Segasothy M. Acute renal failure following jering ingestion. Singapore Med J. 1991;32(2):148–149.
  4. Areekul S. Djenkol bean, djenkolic acid and djenkolism. J Med Assoc Thai. 1979;62(10):530–531.
  5. Areekul S, Muangman V, Bohkerd C, Saenghirun C. Djenkol bean as a cause of urolithiasis. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 1978;9(3):427–432.
  6. Segasothy M, Swaminathan M, Kong NC, Bennett WM. Djenkol bean poisoning (djenkolism): an unusual cause of acute renal failure. Am J Kidney Dis. 1995;25(1):63–66.
  7. Eiam-Ong S, Sitprija V. Tropical plant-associated nephropathy. Nephrology. 1998;4(5–6):313–319.
  8. West CE, Perrin DD, Shaw DC, Heap GH, Soemanto Djenkol bean poisoning (djenkolism): proposals for treatment and prevention. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 1973;4(4):564–570.

Komentar Anda