Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengampanyekan slogan “Isi Piringku” sebagai pengganti slogan “4 Sehat 5 Sempurna” untuk pedoman konsumsi sehari-hari dalam memenuhi gizi seimbang.
“Dulu kita punya slogan 4 Sehat 5 Sempurna, namun dalam perkembangan ilmu gizi tidak cukup tepat untuk mengakomodir perkembangan ilmu yang baru. Kalau hanya bicara 4 Sehat 5 Sempurna tanpa keseimbangan itu tidak cukup,” kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono dalam konferensi pers acara Forum Pangan Asia Pasifik di Jakarta, Selasa.
Pada umumnya “Isi Piringku” menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein.
“Terbagi menjadi 50 persen piring buah-buahan dan sayuran, 50 persen berikutnya sepertiganya lauk, dua per tiganya makanan pokok yaitu sumber karbohidrat,” kata Anung.
Kampanye tersebut juga menekankan untuk membatasi gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari. Paling banyak konsumsi gula seseorang ialah empat sendok makan per hari, garam satu sendok teh, dan lemak atau penggunaan minyak goreng maksimal lima sendok makan.
PayTren – Teman Setia Bayar Bayar !
Dalam perkembangan ilmu gizi yang baru, pedoman “4 Sehat 5 Sempurna” berubah menjadi pedoman gizi seimbang yang terdiri dari 10 pesan tentang menjaga gizi.
Dari 10 pesan tersebut, kata Anung dikelompokan lagi menjadi empat pesan pokok yakni pola makan gizi seimbang, minum air putih yang cukup, aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, dan mengukur tinggi dan berat badan yang sesuai untuk mengetahui kondisi tubuh.
Selain diagram “Isi Piringku” yang telah disebutkan, kampanye tersebut juga menekankan empat hal penting lainnya yaitu cuci tangan sebelum makan, aktivitas fisik yang cukup, minum air putih cukup, dan memantau tinggi badan dan berat badan.
Aktivitas fisik yang cukup disesuaikan dengan kelompok usia yang berbeda-beda mulai dari balita hingga lansia.
Anung juga menekankan agar masyarakat mengonsumsi pangan lokal daerah masing-masing, termasuk jenis karbohidrat yang bermacam-macam.
“Sebagaimana kita ketahui masyarakat Indonesia sangat beragam dengan sumber makanan yang juga berbeda-beda. Karena itu utamakan penganan lokal,” kata Anung.