Vivere Pericoloso, istilah bahasa Italia yang memiliki arti tahun (vivere) dan berbahaya (pericoloso) yang dalam bahasa Inggris bisa diartikan The Years of Living Dangerously. Judul pidato Bung Karno dalam pidato kenegaraan peringatan kemerdekaan Indonesia tahun 1964 menggambarkan keadaan genting negara akibat perseteruan 2 negara adikuasa yang menjalar sampai Asia Tenggara dan intrik politik dalam negeri. Kondisi semacam itu mengingatkan kita dengan realita tahun 2020 di mana terjadi perseteruan kembali antara United States of America dan People Republic of China dengan konteks berbeda yang dicetuskan oleh perang dagang 2018 berlanjut ke pandemi Covid-19.
Sejarah mencatat, dunia beberapa kali dihantam oleh pandemi sebelum adanya Covid-19. Wabah Pes atau “Black Death” yang mewabah abad ke-14 disebabkan oleh bakteri Yersinia Pestis. Pandemi flu Spanyol tahun 1918 disebabkan oleh Haemophilus Influenza telah menjangkiti sepertiga populasi dunia kala itu. HIV/AIDS sempat mewabah pula pada abad ke-20, sebuah infeksi virus yang hingga kini menjadi penyakit endemis karena mampu mendiami tubuh manusia dan salah satunya menular lewat aktivitas seksual. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) mewabah tahun 2002 – 2003 yang muncul pertama kali di Tiongkok.
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), wabah akibat infeksi virus corona yang ketiga telah membuat heboh dunia dikarenakan lebih mudah menyebar dibandingkan dua coronavirus sebelumnya (SARS-MERS). WHO mencatat sampai tanggal 17 Mei 2020 pukul 6:45pm waktu CEST telah ditemukan 4.434.653 kasus terkonfirmasi Covid-19 dengan angka kematian 302.169 kasus (Case Fatality Rate = 6,81%). Indonesia melaporkan 17.514 kasus terkonfirmasi dan 1.148 kasus meninggal (CFR = 6,55%) di tanggal yang sama.
Apa Kata Mereka?
Universitas Gajah Mada
Pakar statistika UGM dan alumni FMIPA UGM menyampaikan hasil prediksi optimis terkait penyebaran Covid-19 di Indonesia. Mereka memprediksi infeksi Covid-19 di tanah air akan berhenti pada akhir Mei 2020. Adapun model yang dibuat dinamai model probabilistik yang berdasar pada data nyata atau probabilistik data-driven model (PPDM). Prediksi tersebut menggunakan data per tanggal 26 Maret 2020. Namun, dalam rilis terbaru nya tim yang dikomandani Prof. Dedi Rosadi memprediksikan persebaran Covid-19 akan mereda di akhir Juli 2020 dengan perkiraan proyeksi total penderita positif Covid-19 di angka 31 ribuan kasus. Akumulasi model dengan parameterisasi dan hasil simulasi prediksi seperti di atas masih perlu dievaluasi dalam setidaknya 2 minggu ke depan. Hal ini dilakukan untuk melihat tren yang terjadi, baik tren penurunan atau justru kenaikan kasus. Prediksi akan semakin baik jika puncak pandemi telah terlewati.
Institut Teknologi Bandung
Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) Institut Teknologi Bandung memprediksi pandemi Covid-19 Indonesia akan berakhir pada akhir Mei hingga awal Juni 2020. Nuning Nuraini bersama tim sebelumnya membuat simulasi, wabah Covid-19 di Indonesia akan mengalami puncak pada akhir Maret 2020 dan berakhir April 2020. Metode yang dipakai menggunakan pengembangan dari model logistik Richard’s Curve yang diperkenalkan oleh F.J Richards. Tim baru bisa memproyeksikan akhir wabah lebih pasti jika puncak kasus telah terjadi.
The Conversation
Sudah 68 hari setelah kasus pertama Covid-19 diumumkan, Indonesia belum menampilkan kurva epidemi yang sesuai dengan standar ilmu epidemiologi. Kurva ini digunakan untuk menjelaskan perjalanan pandemi, menentukan sumber dan kapan terjadinya penularan, menentukan puncak pandemi, memperkirakan akhir pandemi, serta mengevaluasi efektivitas tindakan pengendalian. Kurva yang ditampilkan oleh pemerintah adalah kurva harian kasus Covid-19 yang berbeda dengan kurva epidemiologi. Ibarat tentara yang sedang berperang maka sampai saat ini, kita belum bisa memetakan kondisi musuh sehingga sukar menyusun strategi untuk mengalahkan musuh yang sedang dihadapi.
Kapankah Badai Covid-19 Pasti Berlalu?
Jumlah penambahan kasus terkonfirmasi masih dalam posisi stagnan berada di angka ratusan dan tidak pernah mencapai ribuan sehingga berakibat puncak kasus tidak pernah tercapai. Hal ini disebabkan kapasitas tes laboratorium yang masih rendah jauh di bawah target pemerintah 10.000 tes perhari akibat ketiadaan sarana, prasarana dan SDM yang memadai. Kondisi seperti ini bisa memperpanjang wabah Covid-19 sampai waktu yang susah untuk diprediksi. Ahli dari Universitas Gajah Mada dan Institut Teknologi Bandung berpendapat bahwa akhir dari wabah ini bisa diprediksikan secara akurat manakala puncak wabah telah nampak. Dalam kondisi ini dibutuhkan penyusunan kurva epidemiologi dan percepatan tes Covid-19 terstandar untuk mencapai puncak kasus sesegera mungkin.
WASPADA !!! But, Stay Calm !
Paparan Sinar Matahari yang Menghangatkan
Sistem pertahanan tubuh menjadi keyword untuk mengeliminasi penyebaran wabah Covid-19. Vitamin D memegang salah satu peran dalam imunitas alami, namun ketersediaan dalam tubuh perlu diaktivasi terlebih dahulu melalui paparan sinar matahari. Sinar matahari tidak berperan dalam membunuh virus SARS CoV-2, melainkan untuk merubah bentuk vitamin D inaktif menjadi bentuk aktif nya. Secara umum paparan matahari berkontribusi dalam proses penyembuhan pasien infeksi saluran pernapasan. Hal ini sudah dibuktikan oleh penelitian yang menyebutkan bahwa paparan sinar matahari berkolerasi signifikan dalam proses penyembuhan pasien Covid-19 di Jakarta, Indonesia.
Musim Penghujan Datang di Akhir Tahun
BMKG menyebutkan prakiraan puncak musim kemarau di Indonesia terjadi bulan Agustus 2020. Indonesia hanya memiliki 2 musim sepanjang tahun, yaitu musim kemarau dan penghujan. Ketika musim kemarau usai maka selanjutnya memasuki musim penghujan. Peralihan dari musim kemarau ke penghujan terjadi di Triwulan IV setiap tahunnya.
Flu musiman terjadi tiap tahunnya tak terkecuali di Indonesia. Dalam sebuah data surveillance Mei 2013 – April 2016 disebutkan bahwa angka kejadian seasonal influenza di Indonesia terjadi sepanjang tahun dan puncak terjadi saat musim penghujan tiba yaitu sekitar akhir – awal tahun tiap tahun nya. Adanya pandemi Covid-19 tak kunjung usai, namun cenderung sukar diprediksi puncak dan akhir wabah berpotensi menyebabkan “Seasonal Influenza (Flu Musiman) duet Covid-19”.
Critical Date
Perkembangan kasus digambarkan dalam grafik yang meningkat seiring berjalan nya waktu. Terjadi peningkatan tajam kasus Covid-19 dari waktu sebelumnya untuk mencapai puncak kasus. Dalam grafik kasus di Tiongkok digambarkan peningkatan tajam terjadi ditandai dengan garis merah. Kondisi semacam ini tentu akan menekan sistem kesehatan suatu negara dan saat itulah terjadi CRITICAL DATE. Negara lain di dunia sudah mengalami CRITICAL DATE dan mempersiapkan diri jika harus mengalami gelombang selanjutnya.
Vivere Pericoloso or New Normal to Build The World A New
Negara di belahan dunia menyaksikan adanya kasus infeksi virus corona yang menyebar cepat tanpa batasan tempat. Penyebaran singkat diakibatkan dunia sudah menjadi sangat tekoneksi satu sama lain lewat kecanggihan transportasi udara, sehingga memungkinkan pergerakan jarak jauh manusia. Kemajuan transportasi ternyata tidak diimbangi dengan sistem kesehatan yang memadai sehingga berdampak pada kegagapan negara dalam menghadapi pandemi.
Kebijakan work from home yang ditempuh banyak negara di dunia dan juga pemerintah Indonesia mulai terasa dampaknya pada triwulan I tahun 2020. Melansir data Balai Pusat Statistik Indonesia terlihat kondisi makro ekonomi Indonesia yang tertekan, ekonomi hanya tumbuh 2,97 % dan inflasi bulan April tercatat 0,8 % terendah dalam 4 bulan terakhir. Hal ini menggambarkan perlambatan ekonomi nasional yang salah satunya akibat penurunan daya beli masyarakat.
Dunia dibayangi ancaman resesi akibat terkontraksi nya pertumbuhan ekonomi negara – negara ekonomi utama. Hal ini dikarenakan aktivitas produksi yang terganggu di negara yang bersangkutan. Seperti dalam tulisan ahli ekonomi M. Chatib Basri mantan menteri keuangan RI, aktivitas produksi yang terganggu diakibatkan menurunnya permintaan (demand shock) dan terganggunya pasokan (supply shock). Kondisi shock yang berkepanjangan memicu terjadinya economic shock yang berpotensi menyebabkan krisis.
Krisis keuangan Asia 1997 yang berimbas pada krisis moneter di Indonesia tahun 1998 menyebabkan krisis multidimensi yang efeknya terasa sampai paska reformasi. Supreme Mortgage Crisis 2008 yang terjadi di Amerika Serikat sedikit banyaknya berefek sampai Indonesia walaupun tidak begitu lama. Kedua krisis tersebut sangat berbeda dengan keadaan sekarang ini mengingat penyebab yang mendasari jauh berbeda. Covid-19 yang teridentifikasi Desember 2019 dan mewabah awal tahun 2020, akan berpotensi menimbulkan krisis keuangan manakala terjadi dalam jangka waktu lama dan mengganggu demand and supply disertai dampak kesehatan (medical shock). Krisis keuangan atau moneter yang terjadi berkepanjangan bisa memicu gangguan stabilitas politik, sosial, keamanan negara dan pada akhirnya berpotensi terjadi krisis multidimensi seperti era 1998.
Tahun 2020 akan menjadi tahun transisi penuh Vivere Pericoloso di mana pihak yang tidak mampu beradaptasi dengan cepat akan jatuh dan digantikan pihak lain yang mampu beradaptasi. Physical distancing dalam bentuk bekerja di rumah saja, sekolah online, berkumpul dalam jumlah terbatas dan berjarak disertai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat berupa rutin cuci tangan memakai sabun atau handsanitizer, konsumsi makanan sehat akan menjadi sesuatu yang baru dan mudah ditemui di lingkungan sekitar. Semua perlu dilakukan dan dibiasakan dalam upaya New Normal to Build The World A New. Hal tersebut tidak hanya berlaku bagi Indonesia namun berlaku untuk semua negara di belahan dunia manapun.
One thought on “Twenty-Twenty : The Years of Vivere Pericoloso”
Menarik sekali artikel ini. Artikel serupa dapat ditemui di website https://unair.ac.id/