Berdasarkan studi demografi tahun 2009, penduduk muslim sekitar 1,57 milyar atau 23% dari seluruh penduduk dunia yang mencapai 6,8 milyar dan jumlahnya bertambah 3% setiap tahunnya. Puasa selama Ramadan adalah kewajiban bagi setiap muslim dewasa sehat. Studi EPIDIAR (Epidemiology of Diabetes and Ramadan) menunjukkan di antara 12.243 penderita diabetes dari 13 negara Islam, 43 % nya adalah penderita diabetes tipe 1 dan 79% penderita diabetes tipe 2 akan menjalani puasa selama Ramadan, dengan estimasi di seluruh dunia ada sekitar 50 juta penderita diabetes yang akan berpuasa. Ada beberapa risiko mayor penderita diabetes berpuasa yaitu
Hipoglikemia karena menurunnya asupan makanan; puasa selama Ramadan meningkatkan risiko beratnya hipoglikemia 4,7 kali bagi diabetes tipe 1 dan 7,5 kali bagi diabetes tipe 2
Hiperglikemia jika terjadi penurunan berlebih dosis obat diabetes yang rutin diterima oleh pasien; dilaporkan terjadi peningkatan hiperglikemia 5 kali pada diabetes tipe 2 dan 3 kali pada diabetes tipe 1
Ketoasidosis diabetes terutama sering pada penderita diabetes tipe 1 dengan riwayat kontrol glukosa yang tidak baik atau penurunan dosis insulin akibat asumsi akan menurunnya asupan makanan selama puasa
Dehidrasi dan trombosis dapat terjadi akibat terbatasnya asupan cairan selama puasa; dapat bertambah berat pada iklim panas terutama pada para pekerja lapangan, hiperglikemia juga dapat menyebabkan diuresis osmotik yang akan menambah turunnya cairan dan elektrolit tubuh, hipotensi ortostatik dapat terjadi terutama pada pasien dengan kondisi awal telah terdapat neuropati autonomik, meningkatnya kekentalan darah sebagai akibat dehidrasi akan meningkatkan risiko trombosis dan stroke.
Manajemen puasa pasien diabetes individual Perencanaan manajemen diabetes akan berbeda pada setiap individu, ini merupakan isu paling penting untuk dapat mengatasi risiko saat berpuasa.
Monitor kadar gula darah lebih sering. Penting untuk melakukan monitor kadar gula darah beberapa kali sehari terutama bagi diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang mendapatkan terapi insulin.
Nutrisi
Selama Ramadan perubahan pola makan biasanya sangat besar dibandingkan waktu waktu lainnya, umumnya karena pola makan yang tidak sesuai, makan berlebih saat di luar jam puasa dan kurangnya waktu tidur; anjuran nutrisi adalah pasien diabates harus tetap mempertahankan masa tubuh. Asupan karbohidrat dalam jumlah besar, lemak khususnya saat berbuka puasa harus dihindari, sedangkan karbohidrat komplek (makanan dengan penyerapan lambat) dianjurkan pada saat akan mulai berpuasa dini hari, tingkatkan asupan cairan pada waktu waktu tidak berpuasa.
Olah raga
Aktivitas olah raga fi sik normal mungkin dapat dipertahankan, dianjurkan tidak saat waktu akan berbuka karena risiko hipoglikemia, tetapi dilakukan beberapa saat setelah berbuka puasa.
Menghentikan puasa
Setiap pasien harus memahami, bahwa mereka harus menghentikan segera puasanya jika terjadi keluhan hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg/dL) atau ketika pemeriksaan gula darah < 70 mg/dL, demikian juga jika gula darah >300 mg/dL atau jika pasien jatuh dalam kondisi sakit lainnya.
Manajemen khusus diabetes Kehamilan dan puasa selama Ramadan
Meningkatnya kadar gula darah atau kadar HbA1c pada saat kehamilan akan meningkatkan risiko malformasi kongenital mayor, risiko lain puasa pada wanita hamil diabetes juga akan meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas baik bagi ibu maupun janinnya, sehingga seorang wanita muslim diabetes (diabates tipe 1 atau 2) pregestasional maupun gestasional jika tetap akan berpuasa maka akan masuk dalam kelompok risiko tinggi yang memerlukan perawatan lebih intensif dan harus mendapatkan perhatian baik dari dokter kebidanan, dokter endokrin, ahli gizi dan mungkin didampingi oleh edukator diabetes. (ARI)
REFERENSI
- M.A Arouj, et al. Recommendations for management of diabetes during Ramadan. Diabetes Care 2010;33:
Sumber : KalbeMED