Ada 100 Kasus Baru HIV/AIDS di Ngawi

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ngawi, Jawa Timur mencatat telah menemukan 100 kasus baru HIV/AIDS di daerah itu selama 2016.

Kasi Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Ngawi, Djaswadi, hari ini di Ngawi mengatakan, jumlah kasus baru tersebut meningkat dibandingkan tahun 2015.

“Dibanding tahun 2015, memang ada peningkatan signifikan karena ada 100 temuan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) baru di Ngawi sepanjang 2016,” ujar Djaswadi kepada wartawan.

Menurut dia, sesuai data selama tiga tahun terakhir, tahun 2014 lalu total terdapat 72 temuan kasus HIV/AIDS baru, setahun kemudian temuan tinggal 65 kasus, dan terakhir pihaknya menemukan 100 penderita HIV/AIDS baru.

Adapun, dari 100 kasus HIV/AIDS baru tersebut, paling banyak ditemukan di Kecamatan Widodaren yang mencapai 14 orang. Sisanya menyebar di 18 kecamatan lain.

Ia menjelaskan, peningkatan angka temuan tersebut terjadi bukan karena minimnya pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan oleh pemda setempat. Sebaliknya, hal itu imbas dari semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatannya. Sehingga, para perisiko tinggi ramai-ramai melakukan tes atau “Voluntary Counselling and Testing” (VCT) dengan Puskesmas ataupun pelayanan kesehatan lainnya.

Dengan tambahan 100 kasus baru tersebut, maka jumlah total kasus HIV/AIDS di Ngawi hingga pertengahan Maret 2017 telah mencapai sebanyak 383 kasus. Dari jumlah tersebut, tercatat 148 ODHA dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan 235 sisanya masih bertahan hidup.

“Untuk tahun ini (2017), kami belum mendapatkan hasil rekapannya. Hanya, sementara ini belum ada laporan kasus baru,” kata dia.

Ia menambahkan, yang memprihatinkan, dari ratusan penderita HIV/AIDS tersebut mayoritas berusia produktif. Yakni di kisaran usia usia 21-35 tahun ada sebanyak 163 ODHA. Usia 36-50 tahun sebanyak 152 ODHA, usia lebih dari 50 tahun sebanyak 47 ODHA, dan usia kurang dari 20 tahun sebanyak 21 orang.

Sedangkan berdasarkan pantauannya, penularan HIV/AIDS tersebut kebanyakan terjadi di luar Ngawi yang disebabkan karena hubungan seksual bebas. Selain itu juga dipengaruhi oleh para perantauan, seperti sopir kendaraan lintas kota atau provinsi.

Pihaknya meminta warga Ngawi untuk mewaspadai penyebaraan HIV/AIDS, di antaranya dengan setia kepada pasangan dan tidak melakukan hubungan seksual bebas. Para perisiko tinggi sebaran penyakit tersebut juga diimbau kesadarannya untuk memeriksakan kesehatan pribadinya.

Sebab, semakin cepat terdeteksi penyakit tersebut, maka harapan hidup dari si penderita akan semakin lama seiring dikonsumsinya obat ARV yang bertujaun meperlambat pertumbuhan virus penyebab HIV/AIDS.

Antaranews

Komentar Anda