Mungkin sebagian dari kita ada yang masih mengingat bahwa lebih dari 10 tahun yang lalu, di beberapa wilayah Indonesia pernah berjangkit penyakit Flu Burung (FB) H5N1 atau Avian Influenza (AI). Gambaran pemusnahan ribuan ekor unggas milik warga, hingga kecemasan masyarakat dalam mengonsumsi daging unggas sempat mewarnai masa-masa tersebut. Indonesia juga mendapat sorotan dari negara-negara tetangga karena kekhawatiran mereka terhadap virus ini.
Kasus Flu burung pertama kali di Indonesia yang menginfeksi manusia dilaporkan pada Juni 2005. Sejak pertama kali ditemukan hingga lebih kurang setahun setelahnya, virus H5N1 tersebar di 15 Provinsi dan 58 Kabupaten/Kota. Dalam satu tahun, tercatat sebanyak 199 kasus Flu burung dengan 167 kematian.
“Pandemi influenza adalah sesuatu yang mungkin terjadi, tetapi kita tidak pernah mengetahui kapan dan di mana, serta jenis penyakit apa yang menjadi pandemi”, tutur Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes RI, d. Wiendra Waworuntu, M.Kes, pada kegiatan temu media mengenai rencana pelaksanaan Simulasi Penanggulangan Pandemi Influenza, bertempat di lantai 3 Gd. Sujudi Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Selatan, Rabu siang (13/9).
Pandemi adalah suatu kondisi di mana wabah penyakit telah menyebar ke berbagai negara. Walaupun pandemi jarang terjadi tetapi cenderung berulang. Pandemi biasanya disebabkan oleh virus baru. Sejarah mencatat, sepanjang abad ke-20 telah terjadi empat kali pandemi influenza di dunia, yaitu Spanish Flu (1918), Asian Flu (1957), Hongkong Flu (1968), dan Swine Flu (2009).
PayTren – Teman setia bayar bayar.
Pada pertemuan tersebut, dr. Wiendra menyatakan bahwa pandemi mengancam keselamatan manusia, selain itu pasti akan sangat berdampak secara ekonomi negara.
“Bayangkan, seandainya pandemi, secara otomatis akan terjadi yang namanya embargo atau pembatasan aktivitas lebih kurang 2 kali masa inkubasi (lebih kurang 1 bulan). Selain itu, tidak ada masyarakat yang boleh keluar masuk wilayah terjangkit”, terangnya.
Untuk itu, guna meningkatkan kapasitas negara dalam menghadapi ancaman pandemi, akan diselenggarakan kegiatan Simulasi Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza di Kota Tanggerang Selatan, Banten pada 19-20 September 2017. Simulasi akan menggambarkan respon episenter pandemi influenza di daerah pedesaan dan perkotaan dalam framework kebencanaan nasional.
Simulasi ini tidak hanya dilakukan oleh jajaran kesehatan saja, namun melibatkan lintas program kesehatan (mulai dari tingkat pusat hingga Puskesmas di tingkat Kelurahan) dan lintas sektor (TNI-POLRI, BNPB, ORARI). Ratusan observer dilibatkan dalam simulasi tersebut (perwakilan kedutaan besar Myanmar, Nepal, Timor Leste, Arab Saudi, Bangladesh, United States, dan New Zaeland, perwakilan WHO.
“Hadapi ancaman pandemi ini, kita harus siap siaga selalu”, tandas dr. Wiendra.