Adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri bukan berarti cakupan imunisasi tidak mencapai sasaran. Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kemenkes dr. M. Subuh mengatakan cakupan imunisasi tetap mencapai sasaran.
“Ada dua perspektif sebenarnya, perspektif penyakit dan perspektif pencegahan. Pencegahan yang kita lakukan itu sudah mencapai sasaran. Pada 2016, immunization caverage kita sudah rata-rata 92%, 2015 rata-rata 91%, dan 2014 rata-rata 90,5%, artinya sudah mencapai sasaran,” kata Subuh di Jakarta, Jumat (8/12).
Jadi, tambah Subuh, adanya KLB difteri tidak berarti imunisasi gagal, justru harus menguatkan program imunisasi rutin. Artinya cita-cita sampai tahun 2020 adalah Universal Coverage Immunizationpada tingkat desa.
“Jadi harus kita yakini bahwa desa cakupan imunisasinya minimal 90 persen. Tidak ada tawar-menawar,” ujar Subuh.
PayTren – Teman Setia Bayar Bayar !
Tak Pengaruhi Target
Keberadaan gerakan anti vaksin tidak begitu berpengaruh terhadap pencapaian target cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi MR misalnya, yang telah melebihi target 95%.
“Pengaruh secara luas sih tidak. Kita ada pengalaman bulan lalu. Kita baru selesai itu (imunisasi MR) tetap target kita 95%, ternyata masyarakat antusias untuk diimunisasi,” kata dr. Subuh.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pendekatan persuasif kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pimpinan daerah. Karena, tambah Subuh, kemungkinan penolakan karena ketidakmengertian, dan ketakutan anak sakit setelah diimunisasi.
“Jadi karena kekhawatiran itulah kita dekati mereka dengan memberikan pengertian. Tidak konfrontatif dan menyalahkan,” kata Subuh.
Subuh mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan jangan mudah terpengaruh dengan informasi yang menyatakan bahwa vaksin berbahaya. Lengkapi imunisasi anak agar mereka mendapatkan haknya untuk hidup sehat.