Indonesia belum keluar dari daftar negara penyumbang kasus TB di dunia. Bukan hanya Indonesia, puluhan negara lainnya masih menghadapi perang melawan penyakit ini. Sehingga TB masih menjadi salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Untuk mengendalikannya, pemerintah menyediakan sumberdaya, sarana, dan prasarana penanggulangan TB di seluruh Indonesia.
Sejak tahun 1995, Program Nasional TB mengadopsi strategi DOTS sebagai strategi nasional dan sekarang dikembangkan menjadi strategi yang lebih akseleratif yaitu TOSS TB (Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh). Perubahan strategi dari penemuan pasif promotif menjadi aktif, intensif dan masif melalui : 1) penemuan berbasis keluarga dan masyarakat pada populasi khusus ( lapas, pondok pesantreen, asrama, perumahan padat penduduk dan kumuh); 2) Peningkatan jejaring layanan dengan melibatkan Rumah Sakit dan Klinik swasta dikenal Public-Private Mix (PPM); 3) Peningkatan kolaborasi layanan di fasyankes (TB HIV, TB DM, TB Gizi).
Menurut laporan surveilans TB tahun 2015 total penemuan kasus TB sebanyak 330.729 pada tahun 2015 dengan angka keberhasilan pengobatan sebesar 84% (selesai pengobatan dan sembuh). Sisanya 16% pasien adalah pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan, karena: meninggal, pindah tempat tinggal, tidak melanjutkan pengobatan, penyakit kebal terhadap obat yang diberikan. Dengan rata-rata lebih dari 300.000 pasien yang diobati per tahunnya, maka terhitung sejak tahun 2012 Indonesia telah berhasil menyelamatkan nyawa lebih dari 1 juta nyawa.
Tantangan lainnya adalah meningkatnya kasus TB MDR (Multidrug-Resistant). TB MDR bisa terjadi bila pengobatan TB tidak dilakukan secara tuntas . Apabila kasus MDR tidak ditangani dengan tuntas dapat berkembang menjadi XDR (Extensively drug-resistant). Saat ini layanan RS Rujukan atau Sub Rujukan TB MDR terdapat di 68 RS yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dengan 1.217 Puskesmas sebagai satelit layanan.
Untuk mencegah TB MDR pemerintah mendorong seluruh pemberi pelayanan TB pemerintah dan swasta memberikan pelayanan TB standar serta meningkatkan kewaspadaan dengan penemuan kasus TB secara dini dan memastikan pelayanan TB berkualitas untuk mencegah kejadian TB resistan obat. Selain itu juga mengajak seluruh masyarakat dan keluarga untuk mendukung pasien dalam menjalani pengobatan TB sampai tuntas.
Pada peringatan Hari TB Sedunia 2017 ini, sejalan dengan tema global “Unite to End TB”, Indonesia memilih tema “ Gerakan Masyarakat Menuju Indonesia Bebas Tuberkulosis” melalui aksi: Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh (TOSS) dengan “Mengetuk 100.000 pintu” untuk memberikan edukasi dan menemukan kasus TB” adalah gerakan yang dilakukan oleh masyarakat untuk secara aktif menemukan kasus TB. Gerakan dilakukan di 34 provinsi dengan bekerja sama antara Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan LSM. Diharapkan kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan. Gerakan “100.000” ketuk pintu akan masuk rekor MURI pada hari puncak yang akan dilaksanakan pada tanggal 1 April nanti.
Cita-cita bersama mengeliminasi TB pada tahun 2035 bisa diharapkan dapat terwujud dengan cara mencegah penularan TB, menemukan mereka yang bergejala dan mengobati mereka yang sakit sampai sembuh. Cegah TB Resistan Obat dengan pengobatan TB yang stándar dan berkualitas serta TOSS TB !!! . Diharapkan seluruh elemen masyarakat dapat bersama-sama pemerintah menutup kran penularan TB.