Fenomena “Gancet” Saat Bersetubuh, Benarkah Bisa Terjadi ?

Akhir-akhir ini, beredar video pasangan di Kenya yang kelaminnya ‘nyangkut’ atau dalam bahasa awam kerap disebut dengan gancet. Sampai-sampai, mereka harus dibawa ke RS bahkan dukun setempat. Nah, dari sisi medis, mungkinkah hal itu terjadi?

“Nggak ada itu, itu cuma mitos. Nggak pernah terbukti. Nggak pernah terjadi dalam istilah medis,” kata Prof DR Dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, Guru Besar dari Departemen Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, dihubungi detikHealth, Rabu (5/4/2017).

Prof Wimpie menambahkan, dari dulu banyak kabar tentang gancet seperti ini, tapi belum pernah ada buktinya. Kemudian, ia menekankan tidak mungkin jika penis tidak bisa terlepas dari vagina.

Dihubungi terpisah, dr Nugroho Setiawan SpAnd dari RS Fatmawati mengatakan gancet tidak mungkin terjadi. Mengapa?

“Wong vagina perempuan nggak ada tulangnya, kalau anjing bisa saja karena ada tulang penis. Kalau penis captivus itu nggak mungkin karena anatomi penis cuma berisi jaringan yang berisi pembuluh darah, kalau nggak ereksi ya kecil lagi. Dan vagina isinya juga jaringan lunak yang nggak ada tulangnya,” kata dr Nugroho.

Kepada detikHealth beberapa waktu lalu, pengamat kesehatan seksual dr Andri Wanananda MS mengatakan gancet disebabkan karena kekejangan yang bisa berasal dari trauma misalnya ketakutan akan ketahuan dan akhirnya salah satu efeknya kram.

Dalam ilmu kedokteran seksual, kata dr Andri, dikenal salah satu jenis disfungsi seksual wanita vaginismus, yaitu ‘spasme involunter’ atau kekejangan yang tidak terkontrol pada otot introitus vagina yang membuat nyeri pada liang vagina ketika penetrasi penis atau penis tidak bisa sama sekali penetrasi.

“Vaginismus paling sering menyebabkan penis tidak bisa penetrasi ke dalam vagina. Tapi ada sebagian kecil wanita yang mengalami spasme involunter saat penis sudah penetrasi vagina. Agaknya hal ini yang terjadi di kalangan awam yang menyebutnya sebagai ‘gancet’,” jelas seksolog sekaligus pengajar dari Universitas Tarumanegara ini.

Detik Health

Komentar Anda