Rokok elektrik : apakah lebih aman dari rokok biasa?

Kandungan rokok elektrik
Kandungan rokok elektrik

Merokok merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi yang dapat dicegah di dunia. Berdasarkan data yang dimiliki olehWorld Health Organization (WHO)1terdapat sekitar 100 juta orang meninggal dunia akibat epidemik tembakau pada abad ke-20 di seluruh dunia2, termasuk 480.000 ribu diantaranya merupakan penduduk Amerika serikat. Diperkirakan akan ada sekitar lebih dari 8 juta kematian terjadi setiap tahun pada tahun 2030 yang dapat mencapai hingga 1 miliar kematian pada abad ke-21 jika penggunaan tembakau tetap dilanjutkan3. Hal ini menempatkan rorok menjadi penyebab kematian yang lebih banyak dibandingkan HIV, kokain, akohol, methamphetamine, dan kecelakaan motor. Rokok mengandung berbagai senyawa mematikan yang jika dihirup dalam jangka waktu yang panjang, seperti stroke, serangan jantung, COPD, asma, diabetes, dan kanker4.

Secara umum merokok dapat mengurangi harapan hidup seseorang hingga 10 tahun. Bahaya pada rokok sebenarnya terdapat pada proses pembakaran. Pembakaran pada rorok akan menghasilkan lebih dari 7000 bahan kimia dan senyawa dimana sekitar 70 jenis diantaranya bersifat karsinogen (contohnya adalah nitrosamin). Oleh karena itu, secara umum tidak ada cara aman untuk merokok, terlepas dari bentuk rokok tersebut baik berupa cerutu, pipa, atau kookah5.

Asap rokok mengandung ultrafin (residu tar) yang merupakan partikel berukuran sebesar nanometer dan dapat dihirup. Partikel ini dapat masuk kedalam tubuh melalui proses intersisialis dan selanjutnya tersebar kedalam pembuluh darah. Sebagian besar karsinogen dalam asap rokok ditemukan di tar. Selain itu, pembakaran rokok juga menghasilkan karbon monoksida dan hidrogen sianida yang dapat berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin. Oleh karena hal ini, rokok elektronik dinilai lebih aman sebab tidak memproduksi tar dan zat beracun lainnya dari proses pembakaran seperti pada rorok biasa. Pada rokok elektronik, terdapat cairan yang mengandung nikotin dan perasa yang dilarutkan dalam propilen glikol dan gliserol. Larutan ini nantinya akan menguap dan diubah menjadi asap yang dapat dihirup seperti rokok5,6.

Shahab dkk melakukan penelitian untuk membandingkan kadar bahan kimia berbahaya dan racun pada populasi yang merokok, menggunakan rokok elektronik, dan Nitrogen Replacement Therapy (NRT). Mereka menemukan bahwa kadar nikotin pada perokok elektronik hampir sama dengan mereka yang menggunakan NRT yang telah terbukti aman.7,8 Bahkan, senyawa kimia bernama NNAL ( dikenal sebagai penyebab kanker paru-paru), ditemukan 97% lebih sedikit pada perokok elektronik dibandingkan perokok biasa. Pada studi lainnya, rokok elektronik dipercaya dapat menekan tingkat kecanduan rokok dan bermanfaat pada pecandu yang berniat untuk berhenti merokok, terlebih bahwa efek yang diberikan hampir sama dengan NRT. Walaupun masih ada beberapa kontroversi mengenai apakah rokok elektronik dapa digunakan untuk mengatasi kecanduan rokok9.

PayTren – Teman Setia Bayar Bayar !

Walaupun beberapa manfaat rokok elektronik telah dijabarkan pada beberapa penelitian dan penggunaannya saat ini digencarkan untuk menggantikan rokok biasa, secara umum merokok adalah kebiasaan yang berbahaya dan mematikan. Beberapa keburukan pada rokok elektronik akan dijabarkan sebagai berikut. Yang pertama adalah, kandungan nikotin yang terdapat pada rokok elektronik telah diketahui memiliki efek negatif bagi kesehatan. Terpapar nikotin dalam kurun waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Walaupun resiko ini dapat ditekan dengan efek penekan nafsu makan yang juga dimiliki nikotin, zat ini bersifat sangat adiktif sehingga paparan yang lama dapat menyebabkan perubahan struktur otak dan meningkatkn resiko kecanduan obat lain5.

Nikotin juga dapat mengganggu perkembangan otak prefrontal pada remaja dan menyebabkan gangguan pemusatan perhatian defisit dan kontrol impuls. Potensi bahaya nikotin ini sangat mengkhawatirkan mengingat tingkat penggunaan e-rokok yang melonjak pada remaja terutama di negara barat. Nikotin juga dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah5.

Senyawa lain yang terdapat pada rokok elektronik adalah diasetil. Diasetil adalah senyawa organik yang biasanya diproduksi dari proses fermentasi secara natural. Walaupun kehadiran senyawa ini diperbolehkan misalnya pada produk makanan ataupun alkohol, Senyawa ini diketahui dapat menyebabkan bronkiolitis obliterans hingga kerusakan permanen pada bronkiolus. Penting untuk diketahui bahwa cairan propilen glikol dan gliserol pada rokok elektronik memang tidak berbahaya, namun dapat membusuk saat proses penguapan dan berubah menjadi formaldehid yang beracun. Kejadian ini sering ditemukan pada rokok elektronik yang menggunaan alat penguap yang menggunakan tekanan tinggi5.

Sebagai kesimpulan, rokok elektronik memang dapat menjadi alternatif sumber nikotin yang sedikit lebih aman bagi para pecandu rokok dengan tidak adanya paparan tar atau gas beracun pada asap rokok elektronik. Namun, apakah rokok elektronik dapat membantu mengatasi kecanduan saat ini masih belum dapat dijelaskan dengan pasti. Oleh karena itu, penggunaan rokok elektronik sebaiknya dihindari bagi mereka yang belum merokok5.

Daftar Pustaka

  1. World Health Organization. Tobacco Free Initiative (TFI). Why tobacco is a public health priority. Available at: http://www.who.int/tobacco/health_priority/en/.
  2. World Health Organization. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic: The MPOWER Package. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2008. Available at: http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf.
  3. World Health Organization. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2009: Implementing Smoke-Free Environments.Available at: http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241563918_eng_full.pdf. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2009.
  4. Centers for Disease Control and Prevention. Smoking & tobacco use. Health effects infographics: Annual deaths attributable to cigarette smoking—United States, 2005–2009. Updated April 14, 2015. Available at: http://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/tables/health/infographics/index.htm.
  5. Harvard Medical School. E-Cigeratte: Good news, bad news [website on the Internet]. Accessed on November 2017. Available at: https://www.health.harvard.edu/blog/electronic-cigarettes-good-news-bad-news-2016072510010.
  6. Centers for Disease Control and Prevention. NCHS Data Brief, no 217, October 2015. Electronic cigarette use among adults: United States, 2014. Available at: http://www.cdc.gov/nchs/data/databriefs/db217.htm. Accessed October 29, 2015.
  7. Hatsukami DK, Stepanov I, Severson H, et al. Evidence supporting product standards for carcinogens in smokeless tobacco products. Cancer Prev Res (Phila). 2015 Jan;8(1):20-6.
  8. Farsalinos KE, Polosa R. Safety evaluation and risk assessment of electronic cigarettes as tobacco cigarette substitutes: a systematic review. Ther Adv Drug Saf.2014 Apr;5(2):67-86.
  9. Shahab, L., et al. (2017). Nicotine, Carcinogen, and Toxin Exposure in Long-Term E-Cigarette and Nicotine Replacement Therapy Users. Annals of Internal Medicine.DOI: 10.7326/M16-1107.

Sumber : Journals Indonesia

Komentar Anda

%d bloggers like this: